Cabai Melimpah, Petani Mengeluh, Pemerintah Menjawab

Cabai Melimpah, Petani Mengeluh, Pemerintah Menjawab - Hallo sahabat Malaysia dan Sekitarnya, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Cabai Melimpah, Petani Mengeluh, Pemerintah Menjawab, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Artis, Artikel Berita, Artikel Budaya, Artikel Kabar, Artikel Malaysia, Artikel Melayu, Artikel News, Artikel Politik, Artikel Ragam, Artikel Singapore, Artikel Singapura, Artikel Sosial, Artikel Terbaru, Artikel Terkini, Artikel Update, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Cabai Melimpah, Petani Mengeluh, Pemerintah Menjawab
link : Cabai Melimpah, Petani Mengeluh, Pemerintah Menjawab

Baca juga


Cabai Melimpah, Petani Mengeluh, Pemerintah Menjawab

Petani Cabai-
NATUNA I KEJORANEWS.COM : Panen cabai yang sedang dialami petani di Natuna saat ini harusnya dapat memberikan kebahagiaan bagi para petani, namun pada kenyataannya hal ini tidak terjadi. Karena melimpahnya cabai saat ini terutama cabai rawit, menyebabkan harga cabai anjlok, sehingga petani harus menanggung kerugian yang cukup besar.

Saat ini harga jual cabai dari petani kepada pengepul hanya Rp.15 ribu perkilogram. Harga itu tidak sebanding dengan modal yang harus dikeluarkan petani dalam sekali menanam cabai.

Anjloknya harga jual cabai ini dikarenakan permintaan pasar di Natuna tidak sebanding dengan hasil panen petani yang cukup melimpah. Dalam sekali panen petani cabai dapat memanen hingga berton - ton cabai rawit  cabai merah dan cabai hijau besar.

Sebagian pengepul membeli cabai dari petani dan menjualnya ke kecamatan di luar Pulau Bunguran Besar, seperti Serasan, dan Midai, bahkan hingga ke Kabupaten Anambas dan Pulau Batam.

Namun menurut Agus Sugiarto warga Desa harapan Jaya Kecamatan Bunguran Tengah  yang juga petani dan pengepul cabai ,dirinya lebih banyak mengalami kerugian saat  mengirim cabai keluar Pulau Bunguran Besar , dikarenakan transportasi yang cukup lama menyebabkan cabai busuk dan harganya jatuh saat tiba di tujuan.

"Saya beli dari pedagang Rp. 15 ribu perkilo, di batam saya jual Rp. 21 ribu per kilo, itu belum lagi termasuk cabai yang busuk dan tidak bisa dijual setelah tiba di Batam, " kata Agus, Jum'at (21/5/2021).

Agus mengaku sekali mengirim ke Batam ia membawa cabai lebih dari 5 ton dengan menggunakan kapal laut. Tak jarang ia mengalami kerugian saat mengirim cabai dengan menggunakan kapal laut. Sementara untuk mengirim dengan pesawat  diperlukan biaya yang tidak sedikit.

Pada musim tanah cabai kali ini, Agus menerangkan menanam lebih dari 2 hektar kebun dengan modal mencapai Rp. 200 juta, mulai dari pembersihan lahan, pemupukan, penyemprotan dan juga perawatan.

"Saya dengar akan ada bantuan subsidi dari pemerintah melalui Dinas Pertanian, semoga bantuan subsidi itu akan dapat meringankan beban kami petani,'' harapnya.

Dengan anjloknya harga cabai saat ini tidak hanya Agus namun petani cabai lainnya dikecamatan Bunguran Tengah mengalami kerugian yang tidak sedikit. 

Agus berharap pemerintah Kabupaten Natuna dapat membantu pemasaran cabai petani yang cukup melimpah saat ini. Sehingga petani tidak terlalu merugi.

Sementara itu pemerintah daerah Natuna hingga saat ini tidak dapat berperan banyak dalam membantu memasarkan hasil panen cabai petani yang cukup melimpah. Karena kendala transportasi dan geografis Natuna.

Plt. Sekretaris Dinas Perindustrian perdagangan koperasi dan UKM Natuna, Ahmad Lianda Rangkuti mengatakan diharapkan kepala Daerah Natuna yang baru nantinya melalui Program Ekonomi kerakyatan dapat membantu memberikan solusi bagi petani Natuna untuk memasarkan hasil bumi mereka.

"Kita berharap demikian, semoga Bupati dan Wakil bupati yang baru nantinya akan membawa perekonomian Natuna lebih baik lagi ke depannya,dan dapat membantu peningkatan ekonomi kerakyatan terutasma dibidang pemasaran, karena itulah kendala utama didaerah kita," ungkap Ahmad Lianda, saat dihubungi melalui telepon.



Sementara itu di bidang pertanian sendiri upaya yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Natuna melalui dinas terkait adalah dengan memberikan bantuan pupuk bersubsidi bagi petani.

Kepala Dinas Pertanian Marwan Saputra melalui sambungan telepon mengatakan , bantuna pupuk itu diperoleh dari pemerintah Pusat melalui pemerintah Provinsi Kepri yang disalurkan oleh Dinas Pertanian kabupaten Natuna.

Marwan mengaku pihaknya mengusulkan bantuan subsidi pupuk sebanyak 200 ton bagi petani, namun baru terealisasi sebanyak 41 ton. pupuk itu akan diberikan kepada petani guna peningkatan hasil pertanian. 

"Nanti kalau sudah habis kita usulkan lagi untuk pengadaan selanjutnya," kata Marwan.

Sementara itu menanggapi melimpahnya hasil panen cabai petani kata Marwan, sejak awal pihaknya telah menyampaikan kepada petani agar tidak semua lahan pertanian ditanami cabai, atau penanaman cabai dapat dilakukan  secara bertahap sehingga tidak terjadi panen serentak.

Sebelum terjadi panen melimpah seperti saat ini, cabai di Natuna didatangkan dari luar yakni dari pulau Jawa dan Kalimantan, dengan menggunakan kapal laut maupun pesawat udara. Harga cabai pun mencapai Rp. 100 rb perkilo.
Namun kini harga cabai di pasaran berkisar antara Rp. 25 ribu rupiah hingga Rp.40 ribu  perkilogram, karena merupakan hasil panen petani lokal.

( Pjp)


Cabai Melimpah, Petani Mengeluh, Pemerintah Menjawab

Sekianlah artikel Cabai Melimpah, Petani Mengeluh, Pemerintah Menjawab kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Sudah dibaca Cabai Melimpah, Petani Mengeluh, Pemerintah Menjawab linknya https://malaysiadansekitarnya.blogspot.com/2021/05/cabai-melimpah-petani-mengeluh.html

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Cabai Melimpah, Petani Mengeluh, Pemerintah Menjawab"

Posting Komentar